HMIT

HMIT

Kamis, 18 Agustus 2011

Pencemaran Air di Sungai oleh Limbah Detergen

Sungai merupakan aliran air permukaan yang berhulu disebuah mata air dan akan bermuara di laut maupun danau, sungai juga merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Di Indonesia, sungai merupakan sumber vital bagi kehidupan selain sebagai sumber kehidupan sungai juga sebagai sumber air dalam pengairan persawahan yang dimana sawah – sawah tersebut akan ditanami padi – padi oleh para petani. Selain itu sungai di Indonesia dapat digunakan sebagi pusat aktivitas manusia seperti yang ada di daerah Kalimantan dan beberapa daerah lainnya yaitu sungai dapat digunakan sebagai jalur transportasi dan perdagangan. Dan sungai juga dapat digunakan sebagai tempat rekreasi maupun olahraga yang sangat menegangkan dan menyenangkan yaitu olahraga arum jeram.

Pada saat ini sudah banyak perubahan – perubahan yang terjadi pada sungai yang merupakan sumber kehidupan tersebut, hal – hal yang menjadi penyebab terjadinya perubahan yang ada di sungai adalah pencemaran limbah – limbah yang di akibatkan oleh aktivitas manusia yang semakin lama semakin modern di sekitar sungai. Limbah – limbah tersebut ada yang berupa limbah cair maupun padat salah satunya berasal dari limbah deterjen rumah tangga. Deterjen memilki formula untuk membersihkan substrat kotor di bawah kondisi pencucian yang bervariasi, formula tersebut adalah surfaktan, builder dan aditif. Surfaktan dalam deterjen berguna untuk mempengaruhi sudut kontak sistem pencucian, sedangkan builder memiliki fungsi untuk membantu efisiensi surfaktan dalam proses pembersihan kotoran.

Salah satu kemampuan buider yang penting dan banyak digunakan adalah untuk menyingkirkan ion penyebab kesadahan dari cairan pencuci dan mencegah ion tersebut berinteraksi dengan surfaktan. Kandungan – kandungan dari surfaktan dan builder dapat menghasilkan limbah dari deterjen tersebut yang sebagian besar adalah Natrium Trifosfat yang dapat merusak kehidupan makhluk hidup yang ada di sungai tersebut seperti ikan, fitoplankton dan makhluk hidup lainnya. Kandungan Natrium Trifosfat yang tinggi pada deterjen dan terbuang ke sungai menyebabkan peningkatannya kandungan fosfat yang terkandung di dalam sungai dan menyebabkan meningkatnya beberapa spesies ganggang sehingga oksigen yang ada di dalam air akan berkurang dan menyebabkan kematian bagi ikan – ikan yang ada di dalam sungai tersebut dan juga dengan peningkatan kandungan fosfat dalam air sungai dapat menyebabakan masalah yang disebut eutrofikasi, yaitu masalah lingkungan yang disebabkan oleh limbah fosfat khususnya yang terjadi pada ekosistem air tawar.

Eutrofikasi sebenarnya merupakan kejadian alami yang dimana ekosistem air tawar mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa dan dengan semakin modernnya zaman dan juga semakin banyak aktivitas manusia maka proses alami ini berjalan lebih cepat dari seharusnya sehingga terjadinya peristiwa algal bloom. Pesatnya pertumbuhan tumbuhan berukuran mikro akibat meningkatnya ketersediaan fosfat dalam air dan kondisi yang memungkinkan. Hal ini bisa dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya yang menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini. Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat menurun. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol, menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air.

Permasalahan lainnya, cyanobacteria (blue-green algae) diketahui mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi manusia dan hewan. Algal bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional, dan pariwisata sehingga dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk mengatasinya. Menyadari bahwa senyawa fosfatlah yang menjadi penyebab terjadinya eutrofikasi, maka perhatian para saintis dan kelompok masyarakat pencinta lingkungan hidup semakin meningkat terhadap permasalahan ini. Ada kelompok yang condong memilih cara-cara penanggulangan melalui pengolahan limbah cair yang mengandung fosfat, seperti detergen dan limbah manusia, ada juga kelompok yang secara tegas melarang keberadaan fosfor dalam detergenPersoalan ini sudah merupakan persoalan yang global dan melibatkan banyak pihak dan juga perlu pengawasan yang benar - benar dilakukan secara terus menerus serta dilakukan pendekatan melalui pendekatan lintas disiplin ilmu dan sektoral.

Pencegahan ini dapat dilakukan melalui kebijakan yang kuat untuk mengontrol pertumbuhan penduduk karena dengan peningkatan pendudukan tersebut berarti akan menambah pula kontribusi penambahan senyawa fosfat ke lingkungan air. Pemerintah juga harus membatasi produsen deterjen agar tidak menggunakan fosfat dalam pembuatan deterjen tersebut, begitu pula dengan produk makanan dan minuman diusahakan juga tidak mengandung bahan aditif fosfat. Di samping itu, dituntut pula peran pemerintah di sektor pertanian agar penggunaan pupuk fosfat dibatasi, serta perannya dalam pengelolaan sektor peternakan yang bisa mencegah lebih banyaknya lagi fosfat lepas ke lingkungan air. Bagi masyarakat dianjurkan untuk membatasi mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung aditif fosfat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar